Macam Rehabilitasi
Yang dimaksudkan di sini adalah pelayanan rehabilitasi sesuai dengan jenis kelainan dan kebutuhan individual anak
1. Kelainan Mata
Bagi anak yang mengalami kelainan mata dengan masih memiliki siswa kemampuan melihat, macam rehabilitasi yang diberikan adalah Rehabilitasi Visus. Macamnya:
a) Bantuan penyediaan kacamata untuk yang memerlukannya
b) Transplantasi cornea pada yang memerlukannya
c) Operasi pada penderita catharract
Bagi anak yang buta total, memerlukan Rehabilitasi Aesthetic berupa penggunaan mata palsu (prothese). Dan bagi anak yang juling memerlukan Rehabilitasi aesthetic juga berupa operasi strabismus, memperbaiki gerak yang static dan kurang serasi.
2. Kelainan pendengaran
Pelayanan rehabilitasi medis bagi anak kelainan pendengaran, terutama adalah berupa bantuan penggunaan alat bantu mendengar. Bagi anak tertentu kadang juga perlu memperoleh pelayanan reha-bilibitasi medis berupa operasi (cochlear implantasi)
3. Tunagrahita
Pelayanan rehabilitasi medis bagi anak tunagrahita, pada umumnya adalah: (a) fisio therapy, (b) occupational therapy (termasuk di dalamnya play therapy)
4. Tunadaksa
Pelayanan rehabilitasi medis bagi anak tuna daksa meliputi: (a) fisio therapy, (b) occupational therapy, (c) orthotik dan prosthetik, (d) operasi orthopedi, (e) latihan ADL
5. Tunalaras
Anak-anak tunalaras, bagi yang dirasa perlu membutuhkan obat-obatan tertentu untuk membantu proses penyembuhan (kejiwaan, neurologic)
B. Pelaksanaan
1) Physio therapy
Physio therapy merupakan cara sistematis untuk menilai atau memeriksa kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan otot dan syaraf termasuk gejala-gejala psikhosomatis dan menangani serta mencegah gangguan fungsi dengan menggunakan cara alamiah, terutama dengan gerakan, manipulasi dan tenaga alami.
a) Mengurangi/ menghilangkan rasa sakit
b) Mengurangi/ menghilangkan pembengkakan
c) Mencegah/menghilangkan kontraktur otot
d) Mencegah/mengurangi kecacatan
e) Membantu penyembuhan pada penyakit-penyakit tertentu
Pelaksanaan physio therapy, umumnya dengan menggunakan beberapa alternatif sarana seperti air, listrik, sinar, gerakan, pemijatan. Pelaksana physio therapy yang utama adalah seorang physio therapist. Sebagai seorang guru PLB sekaligus sebagai asisten ahli rehabilitasi memiliki peranan dalam dalam membantu pelaksanaan physio therapy, diantaranya:
a) Menyediakan data basil pengamatan, tes dan interview menge-nai kemampuan dan ketidakmampuan fisik., keluhan-keluhan anak dalam mengikuti pelajaran, dsb.
b) Atas dasar saran dokter dan physio therapist serta kemampuan guru sendiri, ia membantu melatih anak dalam kerangka physio therapy, melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah
Misalnya:
(1) Melatih gerak sendi tertentu dalam kegiatan olahraga, kesenian, ketrampilan, baik yang berhubungan dengan latihan gerak kasar (duduk, berdiri, berjalan, dsb), latihan gerak halus
(2) Mengawasi penggunaan alat bantu lokomosi anak di kelas
(3) Menumbuhkan kemampuan anak dalam memanfaatkan sisa organ gerak untuk memperlancar proses belajar di sekolah
(4) Mengelola kelas dan memodifikasi alat bantu mengajar sesuai dengan kondisi anak
(5) Melatih kemampuan ADL
(6) Ikut mengevaluasi kemajuan dan perkembangan kemampuan anak selama proses rehabilitasi fisik
2) Occupational therapy
Yang dimaksud dengan terapi okupasional (occupational therapy) adalah perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan yang mengarahkan keikutsertaan anak dalam aktivitas tertentu dalam usaha mengembalikan, meningkatkan dan memperbaiki kemampuan kerja, memberikan fasilitas untuk mencapai keahlian tertentu dan fungsi-fungsi lain yang diperlukan untuk program adaptasi dan produktivitas. Juga untuk mengembangkan ataupun mengoreksi keadaan patologis dan meningkatkan serta memelihara
kesehatan.
Terapi okupasional umumnya dilakukan oleh seorang ahli terapi okupasional. Namun demikian guru sebagai pelaksana dan pemeran aktif dalam PBM memiliki peranan yang strategic sebagai tenaga bantu dalam terapi okupasional.
Peran guru dalam terapi okupasional, diantaranya adalah:
(1) Melatih anak dalam berbagai kegiatan yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Misal: cara makan, minum, mandi, dsb.
(2) Memberikan kesibukan tangan dalam pelajaran ketrampilan, PKK, dsb.
(3) Memberikan kesibukan kaki dalam pelajaran ketrampilan, olahraga dan kesehatan, PKK, dsb.
(4) Memberikan latihan kerajinan tangan atau pekerjaan tangan
(5) Melatih gerakan-gerakan lewat kegiatan permainan, kesenian, latihan kerja.
(6) Membantu melatihkan penguasaan alat pembantu atau penopang diri pada anak.
Kesulitan-kesulitan yang ditemui guru dalam pelaksanaan terapi okupasional, perlu dikonsultasikan dengan tim rehabilitasi yang ada di sekolah yang bersangkutan atau kepada ahlinya.
3) Terapi Khusus anak Kelainan Penglihatan
Ada dua macam rehabilitasi medis bagi anak kelainan mata, yaitu rehabilitasi visus dan aesthetis. Yang dimaksud rehabilitasi visus adalah kegiatan rehabilitasi untuk membantu meningkatkan kemampuan melihat anak, sedang rehabilitasi aesthetis meru-pakan upaya memperbaiki kondisi mata, gerak statis, dan gerak yang kurang serasi, sehingga anak berpenampilan yang lebih baik.
Kedua macam rehabilitasi tersebut, merupakan kewenangan dokter mata atau ahli mata lainnya (misal : ahli optikal). Dalam hal ini peranan guru adalah:
a) Membantu menyediakan data awal mengenai kondisi fisik dan fungsi penglihatan anak.
b) Merujuk anak ke ahli optikal atau dokter mata untuk memperoleh pelayanan medis selanjutnya, baik berupa bantuan kaca mata, transplantasi cornea, operasi catharract, operasi trabismus, dsb.
c) Dengan memperhatikan saran ahli medik, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kelas yang tidak menambah beratnya masalah anak. Misalnya:
(1) Pengaturan posisi duduk anak
(2) Menulis di papan tulis denqan tulisan yang jelas dan agak besar-besar
(3) Mengoreksi posisi duduk anak yang salah, gerak yang statis, gerak yang kurang serasi
(4) Mengusahakan suasana ruangan yang terang
(5) Memperlengkapi alat peraga yang baik, dsb.
d) Ikut memonitor kemajuan-kemajuan kemampuan anak
4) Terapi Khusus Anak Kelainan Pendengaran
Pelayanan rehabilitasi medis bagi anak kelainan pendengaran, terutama adalah berupa bantuan penggunaan alat bantu mendengar. Bagi anak tertentu kadang juga perlu memperoleh pelayanan rehabilibitasi medis berupa operasi (cochlear implantasi).
Peranan guru dalam hal ini, terutama dalam:
a) Menyediakan data awal mengenai kondisi fisik dan fungsi pendengaran anak
b) Merujuk anak ke THT untuk memperoleh pelayanan medis selanjutnya, baik berupa bantuan alat bantu mendengar, dll
c) Dengan memperhatikan saran ahli medik, guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kelas yang tidak menambah beratnya masalah anak. Misalnya:
(1) Pengaturan posisi duduk anak
(2) Guru dalam menjelaskan pelajaran dengan suara yang jelas, keras dan atau gerak bibir yang jelas
(3) Mengusahakan penggunaan alat bantu mendengar secara kelompok/kelas
(4) Memperlengkapi alat peraga yang baik, dsb.
d) Ikut memonitor kemajuan-kemajuan kemampuan anak sesuai dengan pedoman yang ada.
5) Orthotik dan Prosthetik
Yang dimaksud orthotic adalah cara-cara pemeriksaan, penguku-ran, pembuatan dan pengepasan dari alat-alat anggota gerak yang mengalami kelayuhan, parese, fraktur, dll. Sedang prosthetic adalah cara-cara pemeriksaan, pengukuran, pengegipan, pembuatan dan pengepasan dari alat pengganti anggota gerak yang hilang.
Penggunaan orthotik dan prosthetik adalah untuk :
a) Memperbaiki/ mengganti fungsi anggota gerak
b) Mencegah salah bentuk
c) Koreksi dari salah bentuk. Baik pada anggota gerak atas (tangan) maupun bawah (kaki).
Orthotik dan prosthetik sebagai bagian dari tehnik dalam bidang medik, dilaksanakan oleh ahli orthotik dan prosthetik atas order seorang dokter.
Peranan guru dalam hal ini, adalah:
a) Menyiapkan data awal tentang kondisi fisik anak baik yang berhubungan dengan bentuk, keadaan, fungsi dari anggota gerak tubuh
b) Merujuk anak ke ahli medik dan paramedik untuk memperoleh bantuan orthotik/ prosthetik dan pelatihan penggunaannya
c) Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan memodifikasi materi, cara penyampaian, tempat, dan alat bantu, terutama untuk bidang studi yang memerlukan aktivitas fisik/anggota gerak, agar anak yang menggunakan orthotik/ prosthetik dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Misalnya cara menjepit alat tulis pada orthosis tangan.
d) Membantu mengawasi dan melatih penggunaan orthotik dan prosthetik di lingkungan kelas/ sekolah. Misalnya melatih cara berjalan dengan brace, kruk, cara duduk, cara menendang bola, dsb.
6) Operasi orthopedi
Yang dimaksudkan di sini adalah suatu cara memperbaiki kecacatan pada tubuh terutama pada tulang sendi dan otot–otot melalui operasi/ pembedahan.
Kegiatan rehabilitasi ini merupakan kewenangan dokter ortopedi/dokter rehabilitasi. Anak/peserta didik yang memer-lukan operasi ortopedi, terutama mereka yang mengalami kelainan bentuk (tulang, sendi dan otot-otot), karena penyakit, trauma, dsb.
Tugas guru PLB dalam hal ini adalah
a) Menyiapkan data dasar tentang kondisi dan kemampuan/ keti-dakmampuan anggota gerak anak.
b) Merujuk ke ahli rehabilitasi/ ortopedi untuk memperoleh perlakuan selanjutnya
c) Melakukan kegiatan belajar mengajar di rumah sakit bila anak menjalani rawat inap yang lama.
d) Ikut memonitor perkembangan dan kemajuan anak pasca operasi
c. Evaluasi dan Pembinaan Lanjut
Kegiatan evaluasi program rehabilitasi yang sudah dilaksanakan adalah sangat penting. Agar :
1) Capaian program dapat diketahui
2) Kelemahanpelaksanaan rehabilitasi medic yang lalu dapat diketahui, dan
3) Dengan mempertimbangkan hasil dan hambatan, maka dapat disusun program rehabilitasi yang lebih efektif.
Cara melakukan evaluasi sbb:
1) Kegiatan evaluasi dilaksanakan tiap 6 bulan sekali
2) Pelaksanaan evaluasi menggunakan format evaluasi menurut jenis program rehabilitasi yang diberikan (pelayanan kesehatan umum, terapi fisik, terapi okupasional, ADL, social psikologis, dsb)
3) Cara evaluasi melalui kegiatan pengamatan/ interview/ tes/ pemberian tugas
4) Hasil evaluasi secara periodik dilaporkan kepada orangtua/wali siswa dan tim rehabilitasi